Jumat, 12 September 2008

Nama

Nama ..........

Apalah arti sebuah nama, begitu sering kali orang menyebut. Kadang bagi sebagian orang nama mempunyai arti biasa saja. Ketika kecil begitu juga saya, paling tidak suka ada orang menanyakan nama lengkap. Mengapa begitu? Karena pada waktu itu saya sendiri merasa aneh dengan nama yang diberikan ortu yang tidak umum. Walaupun ortu menjelaskan berkali-kali ketika ditanya mengapa memberi saya nama demikian. Konon kata ortu, dulu saya ketika dilahirkan terus di"buang". Maksudnya diserahkan pada orang lain sebagai syarat. Mengapa harus dibuang?
Ya, karena dua kakak saya yang lahir perempuan tidak berumur panjang, itulah sebabnya ketika kemudian saya lahir sebagai perempuan maka berlakulah tradisi 'pembuangan' tersebut. Itu dimaksudkan agar tidak seperti kedua kakak perempuan saya yang tidak berumur panjang. Lalu diberilah nama seperti nama orang bule, Wieke. Menurut orang-orang tua nama tersebut nama orang bule karena merasa janggal bagi etnis Jawa. Namun, sekarang nama tersebut lazim dan banyak diberikan untuk anak Indonesia.
Nama tersebut tidak lama melekat sebagai identitas, karena setelah diserahkan kembali 'dari pembuangan' ortu memberi nama yang berarti 'selamat' dalam bahasa Jawa disebut Wiludjeng. Maka nama tersebut melekat hingga sekarang.
Lalu mengapa saya ketika kecil tidak suka dengan nama tersebut?
Masa kecil, sebagai anak 'serdadu' ikut kemana ortu pindah tugas. Di Manado, teman-teman kecil sepermainan mempunyai nama yang bagus-bagus, setidaknya begitulah pandangan saya ketika itu. Shirley adalah satu nama yang saya sukai, yang waktu kecil menjadi nama boneka kesayangan. Sebenarnya Shirley adalah nama kakak kelas yang sangat populer, cantik, gaya, pinter dan kaya. Paling sering disebut sebagai teladan oleh guru dan teman-teman.
Namun berjalannya waktu, sekarang saya senang dengan nama identitas yang diberikan ortu tersebut. Apalagi sekarang tinggal dilingkungan orang-orang yang mengerti arti nama tersebut.
Beberapa hal lucu sering terjadi berkenaan dengan nama tersebut. Seperti ketika bersalaman dengan orang (jawa), saya memperkenalkan diri atau ketika bersalaman menyapa dengan menyebut nama tersebut. Orang atau rekan pasti menjawab 'pangestu ni pun' yang berarti berkat doa restunya. Itulah salam sopan menyapa sekaligus menanyakan kabar apakah baik-baik saja. Padahal sesungguhnya saya memperkenalkan diri. Bagi rekan yang mendengar jawaban orang yang disalami akan langsung tertawa dan berkata .........itu namanya ............

2 komentar:

  1. O la la... aku baru tahu.... kalau dulunya si Ibu ini bernama Wieke.... Tapi tetap lebih enak kedengarannya dipanggil "Bu Wilujeng...." dan lebih oenak lagi dipanggil "Bu Do....."

    BalasHapus